Pada bab sebelumnya telah kita pelajari tentang panjang pendek nada. Hal mengenai panjang pendek nada dalam musik disebut irama. Jalinan dari beberapa nada dengan panjang pendek yang berbeda akan dapat dirasakan keindahannya. Jalinan tersebut membentuk suatu pola irama.
Perhatikan contoh pola irama lagu “Suwe Ora Jamu” berikut ini :
Coba mainkan pola irama tersebut dengan tepukan tangan.
Selanjutnya kita pelajari hal yang lain lagi. Coba kamu nyanyikan lagu “Nyata Kowe Wasis” sambil mengetuk. Setelah itu ulangi dengan menyanyikan dalam hati sambil mengetuk. Kalau cara mengetuknya benar, apa yang kamu rasakan tentang ketukan-ketukanmu tadi ? Apakah ketukannya teratur atau tetap jaraknya ? Ya, teratur, bukan ?
Dalam musik, ketukan yang teratur dan tetap jaraknya itu selalu ada. Kita tentu sering mendengar bunyi seperangkat alat musik drum-band, alat musik ndangdut, dan lain-lain ketika sedang dimainkan. Coba kamu dengarkan musik yang kamu sukai dari kaset atau CD. Ketukan yang teratur itu akan dapat kita rasakan. Mungkin melalui bunyi drum yang dipukul, bunyi kendang, bunyi gitar bas, atau yang lain. Dan secara tidak sadar kita mengikuti ketukan-ketukan itu dengan memukul-mukul jari kita di atas kursi atau ujung kaki di lantai.
Bahkan dapat pula dirasakan ada ketukan yang lebih keras dari yang lain yang dating berulang-ulang secara teratur. Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh dalam pelajaran bahasa.
Apabila kita mengucapkan kata-kata bersuku kata dua atau lebih, salah satu suku katanya mendapat tekanan yang lebih keras. Tekanan yang keras itu disebut aksen. Aksen timbul berulang-ulang secara tetap atau teratur.
Perhatikan kalimat berikut ini :
Dari kalimat “Kami main musik” suku kata mi, in, dan sik mendapat aksen dan dari kalimat “Nyanyian mereka menarik” yang mendapat aksen adalah suku kata an, ka,dan ik. Aksen ini bergerak secara teratur, datang berulang-ulang secara tetap. Coba baca kalimat tadi dengan lambat sambil mengetuk pada tiap suku katanya, dan pada suku kata yang mendapat aksen ketuklah agak lebih keras.
Hal tersebut dalam musik juga ada yang disebut birama. Birama adalah ayunan kelompok ketukan yang teratur dan terdapat aksen yang datang berulang-ulang secara tetap. Dalam musik, not-not yang beraksen biasanya ditulis di belakang garis aksen yang lazim disebut garis birama. Selain garis birama dikenal pula ruas birama, dan garis akhir lagu. Garis birama adalah garis tegak lurus yang membatasi ruas birama. Sedangkan ruas birama adalah ruang yang berada diantara dua garis birama, atau ruang yang dibatasi oleh dua garis birama. Garis akhir lagu adalah dua buah garis tegak lurus yang berhimpit sebagai tanda penutup tulisan lagu atau akhir tulisan lagu. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini :
Selanjutnya coba kamu nyanyikan lagu berikut ini sambil mengetuk dan merasakan aksennya. Setelah itu kamu tandai dengan menulis garis birama di depan not-not yang beraksen :
Latihan 1.Latihan 2.
Latihan 3.
Latihan 4.
PENDHISIL
Lagu Dolanan Jawa
Pada lagu di atas aksen berulang lagi setelah membilang empat. Maka biramanya disebut birama perempatan. Bila sebuah lagu aksen berulang setiap setelah membilang tiga, maka biramanya disebut birama pertigaan. Jika aksen berulang setelah membilang dua disebut birama perduaan.
Coba kamu nyanyikan lagu “Naik-naik ke Puncak Gunung” sambil kamu rasakan aksennya. Kamu akan mendapati lagu tersebut berbirama pertigaan. Untuk yang lainnya coba kamu nyanyikan lagu “Hari Merdeka”. Kamu akan mendapati lagu tersebut berbirama perduaan.
Dalam menyanyikan sebuah lagu perlu sekali kita mengetahui biramanya. Untuk itu biasanya komponis menuliskan tanda birama pada lagu ciptaannya. Tanda birama di tulis pada permulaan lagu, biasanya berupa angka pecahan seperti : 4/4, 2/4, ¾, 6/8 dan sebagainya. Angka pembilang menyatakan jumlah ketukan dalam satu ruas birama, sedangkan angka penyebut menunjukkan nilai not tiap satu ketuk. Jadi tanda birama berfungsi menyatakan dua hal sekaligus yaitu birama itu sendiri, dan macam not yang nilainya satu ketuk.
Birama 2/4 berarti dalam setiap ruas birama terdapat 2 ketuk, yang nilai tiap satu ketuknya sama dengan not seperempat. Birama ¾ artinya dalam setiap ruas birama terdapat 3 ketuk yang nilai tiap satu ketuknya sama dengan not seperempat. Jika demikian bagaimana arti dari tanda birama 4/4 ?
Tugas :
1. Jelaskan apa arti birama 4/4 ?
2. Sebutkan nilai not berapa saja yang digunakan pada lagu “Pendhisil” !
3. Gambarkan bentuk not-not yang digunakan pada lagu “Pendhisil” !
4. Gambarkan tanda diam yang digunakan pada lagu “Pendhisil” dan jelaskan berapa nilainya !
5. Dengarkan beberapa lagu dari kaset / CD, kemudian tuliskan birama yang digunakan dari lagu-lagu yang telah kamu dengarkan !